oleh G.L. Chandiramani
Dahulu
kala, di suatu danau di kota Magdha, hidup seekor kura-kura. Dua ekor angsa
undan juga hidup di dekat sana. Mereka bertiga adalah teman yang sangat akrab.
Pada suatu hari, beberapa nelayan tiba di sana dan berkata, “Kita
akan datang ke sini besok pagi dan menangkap ikan dan kura-kura.”
Pada
waktu kura-kura mendengarnya, dia berkata kepada angsa-angsa undan, ” Apakah
kalian dengar apa yang dikatakan nelayan-nelayan tadi. Apa yang akan kita
lakukan sekarang?’
“Kami akan melakukan apa yang terbaik”. “Saya sudah pernah
melewati waktu yang sangat mengerikan dahulu”, kata kura-kura. “Jadi bisakah
engkau membantu saya pergi hari ini ke danau yang lain?”
“Tapi itu tidak aman untuk kamu dengan merangkak ke danau yang
lain”, kata angsa-angsa undan.
“Baik, kamu bisa mengangkat saya ke sana dengan menumpang dua di
antara kamu” jawab kura-kura sambil merasa bahagia sekali dengan dirinya
sendiri.
“Bagaimana kita bisa melakukannya?” Tanya angsa-angsa undan.
“Masing-masing bisa memegang ujung kayu di paruhmu sementara saya
memegang kayu tengahnya di mulutku. Kemudian jika kamu terbang, saya bisa ikut
dengan kamu”, kata kura-kura.
“Rencana yang bagus sekali”, kata angsa-angsa undan. “Tapi ini
juga sangat berbahaya karena kalau kamu membuka mulutmu untuk bicara, kamu akan
terjatuh.”
“Apakah kamu mengira saya begitu bodoh?” Tanya kura-kura.
Kemudian pada waktu angsa-angsa undan itu terbang sambil
mengangkat temannya si kura-kura di kayu, mereka terlihat oleh beberapa orang
penggembala sapi yang berada di bawah.
Karena terkejut, para penggembala itu berkata, “Sesuatu yang aneh,
lihatlah! Angsa-angsa undan sedang membawa kura-kura ke suatu tempat.”
“Wah, kalau kura-kura itu jatuh kita akan
memanggangnya”, kata salah satu gembala sapi.
“Saya akan memotong dia menjadi bagian-bagian kecil dan
memakannya” kata yang lain.
Mendengar kata-kata yang begitu kasar dari para gembala sapi,
kura-kura lupa di mana dia sedang berada kemudian berteriak dengan marah, “Kamu
akan makan abu.”
Pada saat dia membuka mulutnya, ia kehilangan genggamannya dan dia
pun jatuh terpelanting ke tanah dan langsung disambar oleh gembala sapi
kemudian dibunuh.
Angsa-angsa undan dengan sedih melihat kehancuran teman mereka (si
kura-kura) dan dengan putus asa mengharap bahwa dia seharusnya mendengar
nasihat mereka untuk tidak membuka mulutnya.
Oleh karenanya, nasehat yang baik itu tidaklah ternilai harganya.
1 komentar:
bagus sekali ceritanya suka membaca cerita ini
cara memilih sunblock yang bagus
Posting Komentar