Selasa, 27 November 2012

kampung pengemis


KAMPUNG PENGEMIS
Terbatasnya lahan pekerjaan membuat sejumlah warga di Desa Grinting, Kecamatan Bulukamba, Brebes, Jawa Tengah terpaksa harus mengais rezeki di luar kota termasuk Jakarta. Sayangnya karena tidak dibekali keahlian yang memadai, banyak diantara mereka akhirnya mengais rezeki di jalan dengan menjadi pengemis. Alhasil, sudah menjadi rahasia umum jika desa ini dikenal khalayak luas sebagai desa penghasil pengemis di Jawa Tengah.
Suasana lengang nan sepi khas pedesaan langsung terasa saat kali pertama beritajakarta.com menginjakan kaki di desa itu. Sejauh mata memandang, terlihat rumah-rumah warga yang berjejer rapi dan sebagiannya justru terlihat bagus dan layak huni. Informasi yang kami terima, rumah-rumah itu ternyata sebagiannya merupakan milik warga yang menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Jakarta. Warga sekitar memang seolah tak menjadi malu atau risih dengan profesi itu, karena sejak puluhan tahun lalu, secara turun temurun banyak warga yang mengadu nasib ke Jakarta sebagai pengemis.
Seperti yang pernah dialami Karnila (50), warga RT 07/01 Desa Grinting ini. Wanita paruh baya yang telah dikaruniai tujuh anak dan lima cucu ini lebih memilih merantau ke ibu kota demi menghidupi keluarganya. Ia pun rela menjadi pengemis di ibu kota lantaran tidak memiliki keahlian lain. Saat di Jakarta, ia mengaku hanya tinggal di rumah bedeng di kawasan Kebayoranlama, Jakarta Selatan. Padahal, di kampung halamannya, ia memiliki rumah yang cukup representatif berukuran 7x10 meter dan layak huni.
Di halaman depan rumahnya, terdapat satu unit sepeda motor bebek keluaran tahun 2000-an serta satu unit sepeda lipat yang terparkir di halaman rumah. Sementara di sudut yang lain, terdapat bale yang terbuat dari bambu berukuran 2x1,5 meter yang kerap digunakannya sebagai tempat bercengkerama bersama sanak keluarganya.
Kanila sendiri sempat mendekam selama beberapa pekan di Panti Sosial Kedoya. Dirinya diciduk petugas yang menggelar razia di kawasan Kebayoranlama awal Ramadhan lalu. Namun, sejak Kamis (9/8) kemarin, bersama 186 PMKS lainnya, ia dipulangkan ke kampung halamannya. Selain ke daerah Brebes, ratusan PMKS itu juga dipulangkan ke daerah Pemalang, Indramayu, Pamanukan, dan Cirebon dengan menggunakan lima unit bus.
Berbeda dengan PMKS lainnya, lantaran telah berulangkali terkena razia, Kanila diantar langsung menggunakan mobil operasional milik Dinas Sosial DKI Jakarta. Petugas pun mengantarkan istri dari Kadi (55) ini tiba di rumahnya. Setibanya di rumah Kanila, petugas pun sempat merasa terheran-heran dengan kondisi rumah milik Kanila yang cukup representatif dan layak huni. Padahal saat di Jakarta, sehari-hari ia hanya menjadi pengemis dan tidur di rumah bedeng.
"Saya kapok ke Jakarta lagi, takutnya digaruk petugas lagi dan dimasukkan ke panti sosial. Saya di dalam panti stres karena banyak pengidap gangguan jiwa yang satu panti dengan saya," ujar Kanila di kediamannya.

FITRIA PRATIWI
12110849
3 KA 21

HIJAB DALAM SYARIAT ISLAM


Hijab Dalam Syariat Islam

Ketahuilah wahai para wanita muslimah, bahwa yang mem-bedakan antara manusia dengan hewan adalah faktor pakaian dan alat-alat perhiasan. Allah  berfirman:
Artinya : ‘Hai anak Adam, Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian takwa itulah yang paling baik.’ [Qs. al-A'raaf 26]
Pakaian dan perhiasan itu adalah dua aspek kemajuan dan per-adaban. Meninggalkan keduanya berarti kembali kepada kehidupan primitif yang mendekati kepada kehidupan hewani. Sedang hak milik wanita yang paling utama adalah kemuliaan, rasa malu, dan kehormatan diri. [Lihat Fiqhus Sunnah 2/209 oleh Sayyid Sabiq].
Pakaian dalam Islam bukanlah hanya sekedar hiasan yang menempel di tubuh, tetapi pakaian yang menutup aurat. Dengannya Islam mewajibkan setiap wanita dan pria menutupi anggota tubuhnya yang menarik perhatian lawan jenisnya.
Masalah berhijab (yaitu berbusana muslimah yang menutupi seluruh bagian tubuh dari kepala hingga telapak kaki) bagi wanita muslimah bukanlah masalah sepele lagi sederhana sebagaimana yang banyak disangkakan oleh masyarakat awam, melainkan masalah besar dan substansial dalam agama ini.
Ber-hijab (berjilbab) bukanlah sisa peninggalan adat atau kebiasaan wanita Arab, sehingga wanita non-Arab (wanita Indonesia) tidak perlu menirunya, begitu juga ia bukanlah masalah khilafiah, diperselisihkan ada tidaknya berhijab itu sehingga wanita muslimah bebas mengenakannya atau tidak, tetapi hijab adalah suatu hukum yang tegas dan pasti yang seluruh wanita muslimah diwajibkan oleh Allah  untuk mengenakannya.
Allah  berfirman :
Artinya : ‘Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ [Qs. al-Ahzab : 59].
Allah  berfirman :
Artinya: ‘Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, ….’ [Qs. an-Nûr : 31].
Dua ayat di atas telah memberikan batasan yang  jelas tentang pakaian yang harus dikenakan
oleh wanita muslimah, yaitu wajib menutup seluruh tubuhnya kecuali apa yang dikecuali oleh syariat (yang dimaksud dalam hal ini adalah wajah dan dua telapak tangan dan ini diperselisihkan oleh ulama). Ketetapan syari’at ini tidak lain adalah untuk melindungi, menjaga, serta membentengi wanita dari laki-laki yang bukan mahramnya.

FITRIA PRATIWI
12110849
3 KA 21

asal mula bunga tulip


ASAL MULA BUNGA TULIP

Kalian taukan kalau bunga tulip itu selalu diidentikkan dengan negara kincir angin Belanda..? Tapi sebenernya nih, bunga tulip  bukan bunga asli Belanda loo, karena sebenarnya bunga ini berasal dari Asia Tengah dan Belanda sebenarnya berhutang budi pada kekhalifahan Islam Ustmaniyah di Turki, karena atas peran kekhilafahan Islam inilah Belanda sekarang jadi terkenal karena bunga tulipnya.
Bunga yang bergenus Tulipa  ini baru dikenal di Belanda pada abad ke-16 dan menjadi sangat populer di kalangan masyarakat kelas atas di negeri itu. Kata “tulip” sendiri berasal dari bahasa Turki yang artinya “sorban”, semacam kain yang dililit untuk menutupi kepala. Tidak diketahui kapan persisnya negara Kincir Angin itu mulai membudidayakan bunga tulip itu, tapi disebut-sebut bunga tulip mulai dibawa ke Belanda pada sekitar tahun 1550-an oleh kapal-kapal yang berasal dari Istanbul.
Dokumentasi pertama tentang penanaman bunga tulip bertahun 1954 di Kebun Raya Universitas Leiden. Menurut catatan itu, bunga tulip yang ditanam di kebun raya universitas Leiden dibawa oleh Carolus Clusius dari Wina, Austria, penanggungjawab taman istana di Austria. Ketika itu, pengaruh budaya Turki sangat kuat di Austria terutama dari gaya berpakaian yang oriental dan tradisi minum kopi.
Tulip merupakan tumbuhan tahunan berumbi yang tingginya antara 10-70 cm, daunnya berlilin, berbentuk sempit memanjang berwarna hijau nuansa kebiru-biruan, dan bunganya berukuran besar terdiri 6 helai daun mahkota. Tulip hasil persilangan menghasilkan bunga berwarna tunggal, merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu, atau berbagai macam kombinasi dan gradasi warna. Tulip menghasilkan biji-biji berbentuk bundar pipih yang dibungkus kapsul kering.
Tulip merupakan tumbuhan tahunan berumbi yang tingginya antara 10-70 cm, daunnya berlilin, berbentuk sempit memanjang berwarna hijau nuansa kebiru-biruan, dan bunganya berukuran besar terdiri 6 helai daun mahkota. Tulip hasil persilangan menghasilkan bunga berwarna tunggal, merah, oranye, kuning, hijau, biru, ungu, atau berbagai macam kombinasi dan gradasi warna. Tulip menghasilkan biji-biji berbentuk bundar pipih yang dibungkus kapsul kering.


FITRIA PRATIWI
12110849
3 KA 21

ASAL MULA TANAH ABANG


ASAL MULA TANAH ABANG

Salah satu wilayah yang rukup tua di Jakarta. Ada dua pendapat mengenai asal mula nama Tanah Abang. Pertama, dihubungkan dengan penyerangan Kota Batavia oleh pasukan Mataram pada tahun 1628. Serangan dilancarkan ke arah kota melalui daerah selatan, yaitu Tanah Abang. Tempat tersebut digunakan sebagai pangkalan karena kondisinya yang berupa tanah bukit dengan daerah rawa-rawa dan ada Kali Krukut di sekitarnya. Karena tanahnya yang merah, maka mereka menyebutnya "tanah abang" yang dalam bahasa Jawa berarti merah.
Kedua, adanya pendapat yang mengartikan Tanah Abang dari kata "abang dan adik", yaitu dua orang bersaudara kakak dan adik. Karena adiknya tidak mempunyai rumah, ia minta kepada abangnya untuk mendirikan rumah. Tanah yang ditempati disebut tanah abang. Nama Tanah Abang mulai dikenal ketika seorang kapten Cina bernama Phoa Bhingam minta izin kepada Pemerintah Belanda untuk membuat sebuah terusan pada tahun 1648. Penggalian terusan dimulai dari arah selatan sampai dekat hutan kemudian dipecah menjadi dua bagian, daerah timur sampai ke Kali Ciliwung dan ke arah Barat sampai Kali Krukut. Terusan ini bernama Molenvliet dan berfungsi sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi dengan menggunakan perahu ke arah selatan sampai dekat hutan. Adanya Molenvliet memperlancar hubungan dan perkembangan daerah kota ke selatan. Bahkan jalan-jalan yang berada di sebelah kiri dan kanan terusan itu merupakan urat nadi yang menghubungkan Lapangan Banteng, Merdeka, Tanah Abang, dan Jakarta Kota.
Daerah selatan kemudian muncul menjadi daerah perkebunan yang diusahakan oleh tuan tanah orang Belanda dan Cina. Jenis perkebunan yang diusahakan antara lain kebun kacang (minyak kacang merupakan bahan komoditi yang laris), kebun jahe, kebun melati, kebun sirih, dan lainnya yang kemudian menjadi nama wilayah sampai sekarang. Karena melimpahnya hasil-hasil perkebunan di daerah tersebut mendorong Justinus Vinek untuk mengajukan permohonan mendirikan sebuah pasar di daerah Tanah Abang dan Senen. Setelah mendapat izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patras pada tanggal 30 Agustus 1735, Vinck membangun dua pasar, yaitu Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen. Peranan Kali Krukut pun makin penting sebagai tempat berlabuhnya perahu yang memuat barang-barang yang akan djual ke Pasar Tanah Abang. Selain digunakan sebagai sarana transportasi, Kali Krukut juga digunakan untuk keperluan sehari-sehari penduduk. Untuk menjaga kebersihan dan mencegah banjir, Pemerintah Belanda membuat pintu airpada tahun 1917. Di bawah kekuasaan penjajah penduduk Tanah Abang juga tidak tinggal diam. Pernah terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan penduduk daerah Tanah Abang di Kampung Karet dekat kuburan. Waktu itu Belanda mencoba menduduki kantor cabang polisi supaya Tanah Abang terputus hubungannya dengan daerah-daerah lain.
Wilayah Tanah Abang meliputi Kelurahan Kampung Bali, Kebon Kacang, dan Kebon Melati. Tetapi yang menjadi inti Kampung Tanah Abang adalah di sekeliling Pasar Tanah Abang. Asal mula nama Kampung Bali berawal dari banyaknya orang Bali yang tinggal di sana. Pada waktu itu pemerintah Belanda memberikan pangkat kapten kepada kepala kelompok suku-suku bangsa yang ada di Batavia. Sehingga muncul nama Kampung Bali, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Ambon, Kampung Cina, dll. Bahkan menjelang akhir abad ke-19 banyak orang Arab yang menghuni wilayah ini. Di tahun 1920 jumlahnya mencapai 13.000 jiwa. Untuk memenuhi kesukaan orang-orang Arab makan daging kambing, Pasar Tanah Abang pun makin ramai melayani keperluan kambing. Ada juga suatu daerah yang disebut Kombongan. Dulu tempat ini dipakai kusir saldo dan delman untuk beristirahat sambil memberi makan kudanya. Makanan kuda itu diletakkan di sebuat tempat yang disebut kombongan, yaitu alat (wadah) yang bentuknya bulat, terbuat dari batu dan semen. Tidak jauh dari pangkalan-pangkalan saldo dan delman, terbentang perkebunan pohon jati yang luas. Penduduk di sekitarnya menyebut daerah itu Jatibaru. Nama Kebun Dalam berasal dari sebuah kebun milik tuan tanah Cina, Tan Hu Teng yang agak menjorok ke dalam. Nama Tanah Rendah, karena tanahnya agak rendah dan letaknya berdekatan dengan Kali Krukut.

FITRIA PRATIWI
12110849
3 KA 21

Sejarah Asal Mula Nama Daerah Glodok, Kwitang & Senayan - Sejarah Jakarta Indonesia


Sejarah Asal Mula Nama Daerah Glodok, Kwitang & Senayan - Sejarah Jakarta Indonesia
Kota Jakarta adalah jantung ibukota dari negara Republik Indonesia di mana pusat perekonomian beserta berjuta permasalahannya ada di kota kecil padat penduduk ini. Di balik nama beberapa daerah di Jakarta tersimpan kisah, cerita dan sejarah dari mana nama itu muncul.
Berikut di bawah ini adalah beberapa asal-muasal nama daerah terkenal di DKI Jakarta :
A. Glodok
Asalnya dari kata grojok yang merupakan sebutan dari bunyi air yang jatuh dari pancuran air. Di tempat itu dahulu kala ada semacam waduk penampungan air kali ciliwung. Orang tionghoa dan keturunan tionghoa menyebut grojok sebagai glodok karena orang tionghoa sulit mengucap kata grojok seperti layaknya orang pribumi.
B. Kwitang
Dulu di wilayah tersebut sebagian tanah dikuasai dan dimiliki oleh tuan tanah yang sangat kaya raya sekali bernama Kwik Tang Kiam. Orang Betawi jaman dulu menyebut daerah itu sebagai kampung si kwi tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai kwitang.
C. Senayan
Dulu daerah senayan adalah milik seseorang yang bernama wangsanaya yang berasal dari Bali. Tanah tersebut disebut orang-orang dengan sebutan wangsanayan yang berarti tanah tempat tinggal atan tanah milik wangsanaya. Lambat laun akhirnya orang menyingkat nama wangsanayan menjadi senayan.
D. Bonus : Menteng
Daerah Menteng Jakarta Pusat pada zaman dahulu kala merupakan hutan yang banyak pohon buah-buahan. Karena banyak pohon buah menteng orang menyebut wilayah tersebut dengan nama kampung menteng. Setelah tanah itu dibeli oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1912 sebagai lokasi perumahan pegawai pemerintah Hindia Belanda maka daerah itu disebut menteng.

FITRIA PRATIWI
12110849
3 KA 21